Adsense

Selasa, 31 Januari 2012

Sejarah Ikhwanul Muslimin

Pada bulan Dzulqa’idah 1347 H/April 1928 M, Hasan Al Banna mendirikan Al Ikhwan Al Muslimun di Isma’illiyah. Pergerakan dakwah ini hanya didirikan oleh 7 orang dengan profesi yang bermacam-macam. Mereka adalah Hasan Al Banna (guru), Hafidz Abdul Hamid (tukang kayu), Ahmad Al Hushairy (tukang cukur), Fuad Ibrahim (tukang setrika), Abdurrahman Hasbullah (sopir), Ismail ‘Izz (tukang kebun) dan Zaki Al Maghribi (penyewa dan montir sepeda). Pada saat itu mereka berenam berbicara dengan Hasan Al Banna tentang:
1.    Kehidupan perbudakan dalam komunitas orang-orang asing.
2.    Ketidakpahaman mereka tentang jalan menuju kemuliaan sebagaimana yang ia pahami, dan ketidaktahuan mereka tentang cara berkhidmat pada agama, bangsa dan negara sebagaimana yang ia ketahui. Mereka mengusulkan agar ia menjadi pemimpin mereka dalam sebuah jama’ah yang berbai’at kepada Alloh untuk hidup demi agama-Nya dan mati di jalan-Nya. Al Banna menjawab tawaran mereka dengan mengatakan, “marilah kita berbai’at kepada Alloh untuk menjadi tentara bagi dakwah Islam, yang dengannya akan terwujudlah kehidupan hakiki negara dan kemuliaan ummat. Setelah berbai’at mereka bermusyawarah tentang nama jama’ah mereka. Akhirnya mereka menyepakati nama “Al Ikhwan Al Muslimun” (di Indonesia populer dengan nama “Ikhwanul Muslimin, -penj.).
Pertemuan ini juga menghasilkan kesepakatan untuk menyewa sebuah ruang guna pertemuan khusus mereka, yang lalu disebut “Madrasah Tahdzib Ikhwanul Muslimin” (Arena Pembinaan Ikhwan). Mereka juga membuat konsep secara teori dan praktek untuk itu. Pada akhir tahun ajaran 1927-1928, jama’ah ini beranggotakan lebih dari tujuh puluh orang. Dengan demikian, terbentuklah organisasi Ikhwan yang telah mempunyai anggaran dasar, dewan pimpinan dan organisasi massa dalam bentuk legal formal.

Markas Ikhwan, pada tahun 1932, dipindahkan dari Isma’iliyah ke Kairo, seiring dengan perpindahan Al Banna ke Kairo.
Pada tanggal 8 Nopember 1948, Ikhwanul Muslimin dibekukan oleh Perdana Menteri Mesir, Muhammad Fahmi Nuqrasyi, harta kekayaannya disita dan tokoh-tokohnya ditangkap.
Tanggal 11 Februari 1949, malam hari, Hasan Al Banna dibunuh oleh penembak misterius setelah beliau keluar dari pekarangan kantor Jam’iyyah Asy Syubhan. Tubuh Hasan Al Banna yang bersimbah darah dibawa ke Rumah Sakit Al Qashr Al A’ini. Ada seorang dokter yang mencoba menangani Hasan Al Banna, tetapi ia dihalangi oleh beberapa orang yang berseragam. Akhirnya tubuh yang penuh bersimbah darah tersebut dibiarkan tanpa mendapat pertolongan seorang dokter pun. Akhirnya Hasan Al Banna syahid menemui Rabb-nya tepat pukul 01.00 dini hari.
Tahun 1950 berdasarkan keputusan Dewan Tertinggi Negara, Ikhwan direhabilitasi. Ketika itu Mesir diperintah oleh kabinet An Nuhas. Dewan tersebut juga memutuskan bahwa pembekuan Ikhwan selain tidak sah, juga inskonstutisional.
Pada tanggal 23 Juli 1952, saat dibentuknya Gerakan perwira Ahrar, Ikhwan menjadi pendukung paling besar sejak sebelum berdirinya, bahkan Al Hudhaibi (Mursyid ‘Am waktu itu) mengeluarkan komunike, 28 Juli, yang menghimbau para anggota Ikhwan untuk siap mendukung gerakan. Tetapi hubungan ini mengalami keretakan sejak 7 Agustus 1952, yaitu Ikhwan menolak partisipasi dalam pemerintahan militer Najib. Buah dari penolakan itu adalah beribu-ribu anggota Ikhwan dijebloskan ke penjara dan 6 anggota Ikhwan dihukum mati, yaitu Abdulqadir Audah, Muhammad Burghali, Yusuf Thal’at, Handawi Duwair, Ibrahim Thayyib dan Muhammad Abdullathif.
Tahun 1965-1966, tragedi penangkapan besar-besaran terulang kedua kalinya. Kali ini 3 orang anggota Ikhwan dihukum gantung, yaitu Sayyid Quthb, Yusuf Hasawi dan Abdulfatah Isma’il. Setelah tragedi ini, Ikhwan bergerak secara rahasia sampai tanggal 28 September 1970, saat Jamal Abdunnashr meninggal. Setelah itu anggota Ikhwan mulai dibebaskan secara bertahap sejak pemerintahan Anwar Sadat.
Pada saat ini Ikhwan telah menyebar ke berbagai benua di dunia ini. Ia telah mewujud sebagai suatu gerakan internasional. Sedangkan di negara asalnya Ikhwan telah berhasil menguasai dan mewarnai sejumlah organisasi profesi. Beberapa organisasi profesi itu adalah:
1.    Ikatan Dokter; yang dikuasai sejak 1986 dengan 9 kursi dari 25 yang ada. Namun pada tahun 1986 Ikhwan dapat merebut seluruh kursi pada Majelis Organisasi hingga kini.
2.    Ikatan Insinyur; mulai masuk pada tahun 1985, hingga kini Ikhwan masih menduduki mayoritas kursi majelis. Ikatan Insinyur ini akan mengadakan pemilihan ketua baru pada dua bulan yang akan datang (bulan Juni 2001-pen.).
3.    Ikatan Guru dan Pendidik. Namun belakangan banyak anggota organisasi ini yang mempunyai loyalitas ke Ikhwan disingkirkan dari kegiatan mengajar.
4.    Ikatan Pengacara; Ikhwan baru terjun secara resmi pada tahun 1992. tahun 1995 sampai 2000 kegiatan organisasi ini dibekukan oleh pemerintah. 

Tidak ada komentar: