Adsense

Kamis, 16 Desember 2010

Modal Bukan Segalanya

Modal Bukan Segalanya

Kemarin, Senin bertepatan dengan tanggal 13 Desember 2010 atau 7 Muharom 1432 H salah seorang mengirimkan SMS, “Mas klw d tutup semua bs g ngajukn kredit br 15jt bn usahaq g tanggung malah mepet untgnx.” Orang ini sebelumnya telah bertransaksi dengan sebesar 5 juta untuk usahanya, tetapi ada kendala dalam pembayaran kembali nilai transaksi tersebut. Lantas SMS itu dibalas dengan jawaban begini, ”Mohon maaf mbak, diselesaikan sj dl kredit (pen.) yg ada. Masalah pengajuan kembali akan ada analisa tersendiri.”
Pada kesempatan kali ini saya akan sedikit menguraikan 2 SMS di atas. Saya akan berusaha untuk mendalami SMS yang pertama terlebih dahulu dengan mencoba untuk berfikir tentang apa yang ada di benak pengirim SMS (Orang Pertama). Selanjtnya saya akan mencoba untuk memahami juga pola fikir orang yang membalas SMS (Orang Kedua).
Pada saat sarana komunikasi sudah semakin canggih seperti ini. Seseorang dengan sangat mudah untuk mengirimkan pesan kepada orang lain. Hanya dalam hitungan detik, atau bahkan kurang dari itu pesan itu sudah bisa diterima oleh penerima pesan.

Pola Fikir Orang Pertama
Orang Pertama adalah seorang pelaku usaha (pengusaha) yang menjalankan usahanya dengan meminjam uang dari pihak lain untuk mengembangkan usahanya. Dengan meminjam uang dari pihak lain, ia akan dapat memutar usahanya dengan lebih cepat, sehingga akan mendatangan keuntungan yang lebih besar lagi.
Dalam menjalankan sebuah usaha, kita dapat memulai usaha itu dari modal sendiri atau meminjam kepada pihak lain. Hanya saja perlu dipertimbangkan bagaimana skala usaha yang akan kita jalankan. Apakah ia usaha mikro, kecil, menengah atau besar? Untuk setiap usaha tersebut apabila mau dijalankan dengan modal dari pihak lain, serta belum mempunyai keahlian yang kompeten akan menyebabkan bumerang bagi para pelaku usaha sendiri.
Hampir sebagian besar usaha yang ada saat sekarang ini, dimulai dengan nilai kerugian pada awalnya. Ketika usaha tersebut dimanage dengan baik, efektif dan efisien, cepat atau lambat usaha tersebut akan menghasilkan keuntungan yang maksimal.
Ketika pada awal waktu ini, kita selaku pengusaha, mesti harus mengembalikan sebagian atau seluruh dana yang kita pinjam dari pihak lain, maka akan menjadi bumerang jika kita tidak dapat mengatur arus perputaran uang (Cashflow) atas usaha kita. Bisa-bisa nanti kita malah jadi buronan pemilik dana.
Saat memulai sebuah usaha baru, mulailah dari modal yang secukupnya agar kita menjadi orang yang mempunyai keahlian, kompetensi dengan usaha kita itu baru meningkatkan struktur permodalan kita.
Pada SMS yang dikirimkan oleh Orang Pertama diketahui bahwa ia telah ada kendala dalam pengaturan perputaran uang (Cashflow) pada usahanya, terutama dalam hal pengembalian dana pinjaman yang ia dapatkan dari orang kedua.
Hal yang semestinya dilakukan oleh Orang Pertama adalah mengatur perputaran uangnya (Cashflow), mendahulukan kewajiban kepada pihak pemberi pinjaman (Orang Kedua), mengambil ’gaji’ sesuai dengan kondisi keuangan usahanya. Kesalahan yang sering dilakukan oleh seorang pengusaha pemula adalah mencampuradukkan uang pribadi, uang keluarga dan uang perusahaan. Hal inilah yang mesti harus dihindari oleh seorang pengusaha, agar usahanya dapat berkembang dengan pesat.
Selain itu, usahakanlah untuk memulai sebuah usaha, ketika kita belum terlalu diburu oleh kebutuhan hidup kita. Bukan saat kita sudah mempunyai kebutuhan yang sangat banyak atau sudah harus menanggung kelangsungan hidup rumah tangga. Hal inilah yang terkadang menyebabkan kita tidak mampu memisahkan 3 jenis uang tersebut (uang pribadi, uang keluarga dan uang perusahaan). Ketika kebutuhan pribadi dan keluarga mendesak untuk dipenuhi, maka jalan yang cepat adalah dengan cara mengambil uang perusahaan tanpa terkendali. Hal inilah yang menyebabkan kehancuran perusahaa yang kita dirikan.
Dalam SMS Orang Pertama juga tersirat jika pinjaman (modal) diperbesar maka untuk akan semakin besar. Sebagian besar masyarakat kita mengangggap bahwa pinjaman dana yang didapatkan dari pihak lain akan meningkatkan permodalan kita. Hal ini disebabkan karena masyarakat kita masih awam dengan laporan keuangan. Pinjaman yang kita dapatkan dari pihak lain sesungguhnya terdapat pada posisi Aktiva di Neraca Usaha kita, bukan pada posisi modal (Equity). Modal Perusahaan kita semestinya terdiri dari modal yang kita tanamkan, modal investor lain, laba yang ditahan.
Dengan adanya suntikkan dana, baik dari pinjaman atau investor lain, secara umum akan dapat meningkatkkan omzet usaha kita. Dengan adanya peningkatan omzet dan beaya yang relatif stagnan, akan dapat meningkatkan laba, sehingga laba yang kita tahan akan semakin meningkat. Sehingga, modal kita akan semakin besar.
Sebagaimana disinggung oleh Robert T. Kiyosaki, sebuah kapal yang besar memerlukan pemberat agar kapal itu dapat berjalan di tengah lautan yang ganas, tetapi sebuah perahu kecil tidak memerlukan sebuah pemberat agar perahu itu dapat berlayar di tengah lautan. Nah, begitu juga dengan perusahaan kita. Jika usaha kita masih sangat kecil tidak memerlukan pinjaman dari pihak lain agar usaha kita dapat berjalan dengan baik.
Ketika kita sudah memerlukan pemberat dalam usaha kita agar dapat berjalan dengan lebih cepat, maka berlatihlah dengan pemberat yang kecil (misal 1 juta, 2 juta dst) jangan langsung ada pemberat yangbesar (misal 1 milyar) pada usaha kita. Padahal usaha kita baru dengan modal jutaan rupiah saja, hal ini akan menyebabkan perusahaan kita langsung karam di pinggir lautan sebelum kita mau berlabuh.

Pola Fikir Orang Kedua
Dengan membaca SMS yang dikirimkan oleh Orang Kedua, saya menarik kesimpulan bahwa ia berorientasi agar Orang Pertama menyelesaikan tanggungannya terlebih dahulu, tidak memberikan jawaban ya atau boleh pada rencana kredit yang mau diajukan oleh Orang Pertama.
Hal ini bisa dipahami karena Orang Kedua setelah bekerjasama dengan Orang Pertama sudah dapat mengetahui dengan lebih baik, bagaimana usaha yang dijalankan oleh Orang Pertama.

Demikian tulisan singkat ini, semoga bermanfaat bagi kita semuanya. Amiin.

Tidak ada komentar: